Senin, 31 Juli 2017

MUSEUM BAHARI

1.      IDENTITAS
1.1       Nama                          : Museum Bahari
1.2       Nama Dahulu              : Pusat Perniagaan/ Gudang Rempah
1.3       Alamat                                    : Jalan Pasar Ikan No. 1 Kawasan Sunda Kelapa
               Kelurahan                 : Sunda Kelapa
               Kecamatan               : Penjaringan
               Kota                          : Jakarta Utara
               Provinsi                    : DKI Jakarta
1.4       Koordinat                    : -6.126943, 106.808578
1.5       Batas-Batas                 : Sebelah utara : Rumah warga
  Sebelah timur : Rumah warga dan warung perniagaan
  Sebelah selatan : Pasar dan Menara Syahbandar
  Sebelah barat : Teluk Jakarta
1.6       Status Kepemilikan    : Pemerintah Indonesia
1.7       Pengelola                    : Pemerintah Provinsi DKI
1.8       Fungsi Sekarang                      : Museum

2.      DESKRIPSI
2.1              Uraian Fisik Objek       :
1. Gaya/ Langgam        : Museum Bahari menggunakan ciri khas bangunan kolonial Belanda, gayaThe Empire Style (khas Eropa) merupakan gaya yang dipakai pada masa itu untuk menunjukan eksistensinya di daerah kekuasaannya (Indonesia). Namun iklim di Indonesia berbeda dengan iklim di Belanda, oleh karena itu pada bangunan ini ditambahkan atap pelana. Penambahan atap ini akhirnya membuat suatu gaya arsitek baru yang dikenal dengan gaya Hindi Belanda.
Gaya arsitektur The Empire Style adalah suatu gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis, bukan Belanda) yang diterjemahkan secara bebas. Di Indonesia gayanya menghasilkan gaya baru yang disebut gaya Hindia Belanda (Indonesia) artinya bergaya kolonial namun disesuaikan dengan lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya material pada waktu itu (Akihary dalam Handinoto, 1996: 132).

2. Tapak/blokplan       : Museum Bahari posisi tata letak pada tapak berupa bangunan

                                      berkelompok dengan bangunan yang memiliki 2 massa
Description: Related image

3. Wujud Bangunan    :
    Tampak Depan

Description: Image result for tampak museum bahari
Tampak Samping
Description: Related image

Denah Museum Bahari
4. Uraian Interior yang ditemukan pada Museum Bahari, berikut ulasannya :
a)      Atap
Atap pelana merupakan gaya arsitektural yang cocok untuk bangunan beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga gaya arsitek tropis pada atap pelana dipakai sebagai struktur atap bangunan kawasan ini. Pada atap juga terdapat bagian yang tercoak (seperti terpotong) dan membentuk suatu atap baru yang agak menjorok, atap ini mencerminkan gaya bangunan koloni.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuG35U8f_-8X_1QKF6QE3iBLl3gYd3lIiY8V5goAd7Jp7cj5jw69w9W2XYPawJ6XjwOVE9wJuBnxKa62r8CZSdcdWaJH0cb6tLM2qf-xQ9HWnuinyFSAZ9F6CWpncP3WFIbSFbx-rADh8/s1600/PHTO0145.JPG
Atap bangunan yang berbentuk pelana dan pada bagian
tertentu terdapat sisi yang mencoak

b)      Pintu
Pintu yang digunakan berbentuk 'dome' dan terbuat dari kayu jati dan kusennya terbuat dari batu. Elemen lengkung 'arch' sangat menonjolkan bangunan khas Eropa pada saat itu. Hampir seluruh pintu yang terdapat pada museum ini berbentuk 'dome'.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV7PyEG7Z6AymcFloAyNlYtLT1ez4WIoAdwcc6slFHwDLfEGddrd2mR1DmNhyLGDRi9KqRLPpcdkXch3GyfjMCg6T94maoTdMYrdS__KZqIiIS8sJbY2TR4SpbyQ9F2fhTiwSDj2JQfPY/s1600/PHTO0135.JPG
                Pintu yang berbentuk 'dome'
c)      Jendela
Daun jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga teralis yang terbuat dari kayu. Jumlah dan letak jendela yang berirama statis dan pendek-pendek mencerminkan gaya Eropa klasik.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDeej5f0x4UU1SXK669_T10sT4cujAmX4JFXp8fYqSPErWaJg1Vn8JmG1MLsTxdVe9AlegTeZRWRjb-Yaa3AxcqCY-lqgGBJ5qJLSW5x8Kjj-iCJczD6_v-PkN1xm0Lioifek87EQ5OBE/s1600/734344_3844445328994_2051590311_n.jpg
Jumlah dan letak jendela pada Museum Bahari yang statis dan pendek-pendek
d)     Dinding
Dinding pada Museum Bahari memiliki hingga 20 cm. seluruh warna pada dinding baik eksterior maupun interior adalah berwarna putih.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9IuMttSWO73v6wp-iMuClGRjDk0uzByYIl1R45ZgErGug7hlf_CiEqJruO-ExGgW2qCBiX8oZjny4mO1aJITpIStBQYeYxQFQTkqLAXQ8wPMGi4yPtCL6axUDDBS5fvbbyCkQ0sxCiB8/s1600/22.jpg
                 Eksterior Museum Bahari

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrAiWsQhV0uRb7GK_B7gwruvd8b_Y7_vq1BM0uWO8r02cnFMRi0VdCEjlVCVnPej7Ldc3Wtpw6XBx8ZPPuEDhLC627j91zgIRpJMonNyojiAsKRq8o-5uq4iEG6De4FnsYeXvDUMSb_-s/s1600/PHTO0140.JPG
                 Interior Museum Bahari
e)      Kolom
Pada Museum Bahari ini menggunakan kolom yang terbuat dari kayu jati dengan ketebalan 20-30cm. Kolom kayu kokoh ini membuat kesan bangunan ini elegan dan khas Indonesia.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCd1va8VkiBP94CqCTMfx1u9y8LVCS-VwpTDESMa7zBfqiuLrVAXyW_C1ZanPpd-fse8j9qHqu8qQhyJE6MTBAueFF9c52YtTSckN0T-3n6ALExP3TA7O999DH-rabvDdg3PO4hYOFKi4/s1600/PHTO0153.JPG
              Kolom yang terbuat dari kayu
f)       Plafond
Pada Museum Bahari hampir seluruh konstruksinya memakai kayu, terdapat pada bagian kolom dan balok yang menopang lantai 2 dan 3. Penutup lantai pada lantai 2 dan 3 juga memakai konstruksi kayu panel, dan tidak adanya penutup plafond sehingga bisa dikatakan bahwa kayu panel yang digunakan sebagai penutup lantai di lantai 2 dan 3 juga berperan sebagai plafond pada lantai di bawahnya. 
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimJtk5xxAxI3XfhcaIX1dOjNp6vWVrqgAe_NqtPWxwry4JV_P1kQJ3axjPPH1y-3BPNo1S8dfDwJr5atfcKfScAMsJTvPqOYcCrJsnYu1c5ol4Uknj_K230qx9NvAE5xfuZCLqzAGiUz0/s1600/Picture8.jpg
               Plafond pada Museum Bahari
g)      Elemen hard material
Pada bagian entrance (pintu masuk) terdapat sepasang jangkar kapal. Jangkar ini lumayan besar setinggi ±80cm dan berwarna hitam. Jangkar ini sebagai penanda bahwa di dalam bangunan ini terdapat menyimpan sesuatu yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinscVwAC7tDM0HZnxEVVPhbpHFMsnXo14MQ8wsmyWaDGewXAKk43zDxZVBQddsd8IcA1X81kewhJVnPDKj42P-X3y6CRaGnG1tXg2vPnZO60XGLbY66JgevpYGlaIwd3ftEP1cm2xCaS0/s1600/20.jpg
Terdapat sepasang jangkar pada bagian entrance

5. Struktur/ Kontruksi  : Seperti gambar pada bahasan sebelumnya kita ketahui bahwa
                                      Struktur yang digunakan yaitu struktur kayu.
6. Kelangkaan             : Museum ini berisikan benda-benda sejarah yang sudah ada
Pada zaman kolonial dan digunakan pada saat itu. : 1.Jangkar,    2.Majapahit, 3.Phinisi, 4.Kemudi, 5.Lete, 6.Jukung, 7.Lancang Kuning, 8.Cadik, 9.Gelati 
2.2              Ukuran                                    : Luas tanah bangunan ini sekitar 9000 m2 sedangkan luas
  Bangunan ini sekitar 16.000 m2
2.3               Kondisi saat ini                       :
                                                Sebagai peninggalan bersejarah, kondisi Museum Bahari di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, justru tampak memprihatinkan. Selain terkesan tua, dindingnya juga terlihat kusam dan tidak terawat. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat di ruang pameran museum itu.
Meskipun kondisi bangunan terlihat lebih baik, kesan kusam karena debu dan lembab juga sangat terasa. Lampu-lampu di ruangan juga terlihat kecil dan tidak sesuai dengan lebar ruangan sehingga suasana menjadi gelap.
2.4              Sejarah                                   
1. Sejarah Kawasan        :        Pada masa pendudukan Belanda bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.

2. Sejarah Arsitektur      :        Di antara materi sejarah bahari yang dipajang antara lain perahu tradisi asli Lancang Kuning (Riau), Perahu Phinisi Bugis (Sulawesi Selatan), Jukung Karere (Irian) berukuran panjang 11 meter. Miniatur Kapal VOC Batavia, miniatur kapal latih Dewa Ruci, biota laut, foto-foto dan sebagainya. Museum ini selain sebagai pusat informasi budaya kelautan, juga menjadi tempat wisata pendidikan bagi leluhur baru yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai sejarah kebaharian bangsa tempo dulu.
         Arsitek kolonial Belanda betul-betul mempersiapkan bangunan berlantai tiga itu secara matang. Agar dapat bertahan lama terhadap gempuran badai laut tropis yang mengandung garam. Tembok sekeliling gudang sangat tebal, tiang-tiag penyangga langit-langitnya pun kokoh. Menggunakan kayu ulin (kayu besi) berukuran besar sehingga tak gampang keropos dari gangguan cuaca mau pun rayap. Tiang-tiang penyangga itu berjajar ditiap lantai ruangan yang luas lagi lebar. Bayangkan, sejak gudang itu dibangun hingga sekarang, tiang penyangganya masih kokoh. Udara ruangan pun tetap terjaga. Dengan demikian rempah-rempah yang tersimpan disitu bisa bertahan lama tak gampang membusuk. Rancangan teknis pengaturan sirkulasi udara menjadikan seluruh ruangan terasa sejuk. Sehingga rempah-rempah itu tetap segar sebelum dikirim keberbagai tempat nan jauh. Pengaturan sirkulasi udara itu diupayakan dengan menempatkan puluhan jendela berukuran besar pada tiap ruangan. Bahkan jendela-jendela lebar itu selalu terbuka siang -malam sepanjang masa.
3. Sejarah Peristiwa       :        Gedung Museum Bahari semula adalah gudang penyimpanan rempah-rempah. VOC membangun gedung ini secara bertahap sejak 1652 hingga 1759. Pada 1976 kompleks gedung ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian dipersiapkan sebagai sebuah museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada 7 Juli 1977.
         Museum Bahari bertugas melestarikan, memelihara, merawat, dan menyajikan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan kehidupan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia. Jumlah koleksinya sekitar 1835 buah.
         Secara tematik, tata pamer koleksi dan informasi terbagi ke dalam sejumlah pembagian ruang, yaitu:
1. Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia
Koleksi yang dipamerkan: miniatur kapal dan peralatan kenelayanan.
2. Ruang Teknologi Menangkap Ikan
Koleksi yang dipamerkan: pancing, bubu, dan jaring.
3. Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional
Koleksi yang dipamerkan: teknologi dan sentra pembuatan kapal.
4. Ruang Biota Laut
Koleksi yang dipamerkan: aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong.
5. Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000 (Pusat Perdagangan Dunia)
Koleksi yang dipamerkan: artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di Jakarta pada rentang tersebut, termasuk meriam, keramik, dan benteng.
6. Ruang Navigasi
Koleksi yang dipamerkan: kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi.
7. Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa
Koleksi yang dipamerkan: foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama dari Eropa ke Asia.
2.5              Riwayat Pelestarian   
Museum Bahari yang berada di Jakarta menampilkan koleksi yang berhubungan dengan teknologi pelayaran (pembuatan kapal dan sistem navigasi), keragaman hayati laut dan kesejarahan pelabuhan Jakarta. Koleksinya antara lain berupa miniatur perahu, alat navigasi, perahu asli, jangkar, maket, lukisan, alat penangkap ikan, dan mollusca
2.6              Sumber                                    :
-https://www.thearoengbinangproject.com/museum-bahari-jakarta/
-http://www.nativeindonesia.com/mengenal-sejarah-kelautan-di-museum-bahari-jakarta/

Rabu, 18 Januari 2017

KRITIK ARSITEKTUR ( MASJID KUBAH EMAS )



Hakikat kritik normatif adalah :
·         Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
·         Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
·         Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi

1.       Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur.
2.       Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuandalam hal ini akan dibahas mengenai metode Tipe. Metode Tipe adalah suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.
3.       Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik.
4.       Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.

1.        Metoda Doktrin
  • Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.
  • Sejarah arsitektur dapat meliputi : Nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.
  • Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu ‘ISME’ yang dianggap paling baik.
2.        Metoda Sistemik
  • Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )
  • Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan kota.
Kritik sistematik dikembangkan dari satu analisis :
  • Bahwa Problem arsitek adalah membangun sistem dalam kategori-kategori formal yang tidak memungkinkan kita untuk melukiskannya dan membandingkannya dalam struktur yang formal. Ketika kita mengatakan bahwa analisis formal mengandung indikasi elements and relations.
  • Elements (bagian bentuk arsitektur ), bermakna bahwa kita harus memperlakukan objek sebagai dimensi kesebandingan.
Melahirkan konsep  :
o  Mass (massa),  Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan
o  Space (ruang), Volume batas-batas permukaan di sekeliling massa
o  Surface (permukaan), batas massa dan ruang
  • Relations , bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara dimensi-dimensi
  • Capacity of the structure, kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
  • Valuable, nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk mengalami ruang.
3.       Metoda Tipikal
  • Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi). 
  • Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi 
  • Metode Tipikal, yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Contoh. Bangunan sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang guru,ruang kepala sekolah, ruang kesenian,  lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet. 
4.        Metoda Terukur
  • Kritik Pengukuran menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu.
  • Norma pengukuran digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini sebagai bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam.
  • Pengolahan melalui statistik atau teknik lain akan mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi.
  • Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
  • Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
Ukuran batas minimum atau maksimum, Ukuran batas rata-rata (avarage), Kondisi-kondisi yang dikehendaki
  • Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma
  • Norma atau standard yang digunakan dalam Kritik pengukuran yang bergantung pada ukuran minimum/maksimum, kondisi yang dikehendaki selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
  • Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut:
  1. Tujuan Teknis ( Technical Goals)
  2. Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
  3. Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)


                 Masjid Dian Al-Mahri Depok. Mesjid Kubah Emas yang terletak di Kota Depok memiliki nama asli Masjid Dian Al-Mahri. Masjid ini di bangun sejak tahun 2001 dan selesai pada akhir tahun 2006.

Masjid Dian Al Mahri dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha 1427 H yang kedua kalinya pada tahun itu. Pembangunannya sudah berlangsung sejak tahun 1999, namun baru dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006. Setelah shalat Idul Adha, pemilik masjid langsung meresmikan masjid ini. Ada sekitar 5 ribu jemaah yang mengikuti prosesi peresmian masjid ini.

Dalam catatan sejarah, Masjid Kubah Emas Depok atau Masjid Dian Al-Mahri di bangun oleh seorang pengusaha asal Banten yaitu Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Dian Al-Mahri juga kerap dijadikan sebagai salah satu wisata keluarga atau wisata religi masjid kubah emas, karena bentuk kubah-kubahnya yang dibuat dari emas, membuat orang-orang tertarik untuk mengunjunginya.

Bangunan masjid memiliki luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8.000 meter persegi. terdiri dari bangunan utama, mezamin, halaman dalam, selasar atas, selasar luar, ruang sepatu, dan ruang wudhu. Masjid mampu menampung 15 ribu jemaah shalat dan 20 ribu jemaah taklim. Masjid ini merupakan salah satu di antara masjid-masjid termegah di Asia Tenggara.

Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Kubah utama bentuknya menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil lainnya memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.

Relief hiasan di atas tempat imam terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.

Ruang utama masjid memiliki ukuran 45×57 meter, dapat menampung sebanyak 8.000 jamaah. Masjid ini memiliki 6 minaret berbentuk segi enam yang tingginya masing-masing 40 meter. 6 minaret ini dibalut granit abu-abu dari itali dengan ornamen yang melingkar. Pada puncak minaret terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat.

Kubah masjid ini mengacu kubah yang digunakan masjid-masjid Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.

Pada langit-langit kubah terdapat lukisan langit yang warnanya dapat berubah sesuai dengan warna langit pada waktu-waktu sholat dengan menggunakan teknologi tata cahaya yang diprogram dengan komputer.

Interior masjid ini menampilkan pilar-pilar kokoh yang tinggi menjulang untuk menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang dikerjakan oleh ahli dari Italia.

 
Referensi :
1.       http://endangwulandariendang.blogspot.com/2016/09/kritik-arsitektur-kritik-normatif.html